salam sejahtera pada semua sahabat dan saudara

Ahad





“Sesungguhnya perjuangan dalam pergerakan yang dilakukan haruslah sesuai dengan zaman, bahwa saat ini bukan saatnya lagi berperang dengan parang, atau bersungut-sungut dengan demo-demo yang mengancam. Saat ini adalah zaman perjuangan pemuda yang seharusnya dilakukan dengan pemikiran. Membangun peradaban yang jauh lebih berpendidikan.  Menjadi orang-orang yang berwawasan dengan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan untuk mengisi kemerdekaan.“
tentang sebuah dunia kemahasiswaan yang saat ini dinilai “membosankan” dan mulai ditinggalkan. Dunia yang kini mulai tergantikan dengan megahnya mall dan juga hingar bingar gemerlapnya malam. Dunia yang menghadirkan kesan penuh retorika dan angan angan.
Tapi, justru ketika kembali menilik dalam kedalam dunia yang hampir satu tahun aku tinggalkan. Ada banyak hal yang cukup membuatku berfikir dalam. Merenung dan bercermin pada diri sendiri sambil merangkai-rangkai semangat dalam hati.
Semangat itu berawal dari sebuah lingkaran kecil yang hanya berjunlah tidak lebih dari 12 orang. Begitu sepi di tengah ruangan yang begitu megah. Di ruangan bernomor 26 yang penuh dengan kaca seseorang telah bicara,  seorang mahasiswa yang jenaka tapi pemikirannya mampu membuatku berfikir dalam.
Dia berkata, jika berbicara soal wakil dari suara rakyat. Harusnya lulusan SD lah yang mendapatkan gelar tersebut karena lulusan SD di Indonesia mencapai angka 60%. Suara dan pemikiran mereka tentu saja jauh lebih mewakili apa-apa yang memang terjadi pada rakyat. Namun, Jika mahasiswa yang memang “harus” menerima gelar dan dinobatkan sebagai wakil rakyat, maka sejauh apa kita mampu mengenal “Rakyat” dekat dengan kita. Apakah demo-demo yang selalu diatas namakan sebagai apresiasi dari suara rakyat memang dapat dipertanggungjawabkan dan memang cara yang ampuh untuk mengubah ketidakadilan??.
Sesungguhnya perjuangan dalam pergerakan yang dilakukan haruslah sesuai dengan zaman, bahwa saat ini bukan saatnya lagi berperang dengan parang, atau bersungut-sungut dengan demo-demo yang mengancam. Saat ini adalah zaman perjuangan pemuda yang seharusnya dilakukan dengan pemikiran. Membangun peradaban yang jauh lebih berpendidikan.  Menjadi orang-orang yang berwawasan dengan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan untuk mengisi kemerdekaan.
Jika pada tahun 1978 kampus dikuasai oleh aparat militer pada peristiwa NKK-BKK dengan musuh-musuh tank-tank baja. Kini musuh kita adalah hedonisme, gaya hidup yang liberal dan berbagai kerusakan moral. Beda zaman beda musuh. Beda zaman beda pemimpin. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa perjuangan yang dilakukan memang harus disesuaikan dengan zaman.
kitalah yang kelak akan menentukan wajah bangsa ini melalui pemikiran-pemikiran yang cemerlang. Mungkin itu salah satu cara berterimakasih pada pahlawan yang telah mengukir sejarah dengan darah. Semoga tongkat semangat mampu juga tertular padaku atau pada siapapun yang membaca artikel ini agar makin giar belajar. Makin giat membuat akselerasi-akselerasi untuk membuat diri makin bijak sebelum menjadi pemimpin kelak. Amin.
Mari mulai berbenah diri agar makin cepat “ mampu memberi”. Karena seseorang yang mampu memberi hanyalah mereka-mereka yang “memiliki”.